Oleh: Riwayat
Riya adalah melakukan suatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhoan Allah, tetapi untuk mencari pujian, popularitas di hadapan manusia. Meskipun secara lahir dan pandangan mata ia beribadah tetapi nilai ibadahnya tidak ada di sisi Allah, karena niat dari ibadahnya sesungguhnya bukan karena Allah semata, tetapi karena manusia. Adanya niat yang keluar dari kaidah beribadah menjadikan amal seseorang tidak masuk criteria Allah. Sebab syarat mutlak ibadah adalah niat iklhlas karena Allah semata, tidak karena yang lain, kemudian di susul dengan rukun syarat, dan berbagai hal yang merusak amal hendaknya dihindari. Riya’ adalah penyakit hati yang sangat berbahaya, karena riya’ akan menghilangkan amal kebaikan seperti api memakan kayu bakar.”Riya itu memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar. Riya juga digolongkan kepada syirik kecil.
Pada pembahasan
tulisan ini akan di telusuri pintu-pintu yang mengarah kepada riya. Pintu-pintu
menuju riya mungkin sebahagian manusia telah mengetahui dan sebahagian yang
lain belum tahu kalau yang dikerjakan selama ini adalah jalan menuju gerbang
riya. Banyak orang tidak sadar akan perbuatan yang menjerumuskan dirinya ke
dalam kubangan riya, di sisi lain ia merasa telah banyak beramal, tetapi amal
kebaikannya tidak bermanfaat bagi dirinya, tidak ada nilai kebaikan di hadapan
Allah, karena semau amal yang tidak karena Allah akan tertolak, semau amal yang
ada unsur riya akan habis seperti habisnya kayu di makan api.
Berikut ini akan dipaparkan sepuluh pintu riya:
pertama, suka memamerkan amal. Sebahagian manusia ketika melakukan perbuatan
baik mereka suka membicarakan di tempat umum atau kepada orang lain, orang
seprti ini akan berusaha menyebarkan amal ibadahnya kepada khalayak ramai,
tujuannya adalah agar mendapat pujian dan dilihat oleh orang lain. Islam
mengajarkan kalau kita beramal, maka lebih baik disembunyikan agar selamat dari
godaan setan yang akan menyerumuskan kita kepada riya. Dan tidak ada salahnya
kalau beramal diperlihatkan tetapi dengan syarat mampu menghindarkan hatinya
dari sifat riya.
Contoh amal yang hendaknya kita sembunyikan adalah
bersedekah, sedekah secara terang-terangan dianggap baik, tetapi apabila
dikerjakan secara sembunyi itu lebih baik, karena akan menghindarkan seseorang
dari penyakit riya,”Jika kamu menampakkan sedekah (mu), Maka itu adalah baik
sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang
fakir, Maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. dan Allah akan menghapuskan
dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.(QS. Al-Baqarah:271).
Mungkin kita sering memperhatiakn atau melihat
seseorang berinfak, bersedekah diumumkan di media massa atau di papan
pengumuman. Di satu sisi hal tersebut positif karena dapat memacu yang lain
untuk berinfak, mendorong orang lain ikut menyumbang, terlepas keikutsertaannya
untuk mengungguli yang lain, atau memang ikhlas karena Allah semata. Tetapi
perlu juga di ketahui bahwa memperdengarkan, mengumumkan amal, baik sedekah,
infak dan lain sebagainya rentan terkena virus riya. Untuk itu jika kiranya
kita tidak mampu menghalangi virus riya yang menyerang hati kita lebih baik
kita ambil yang aman saja yaitu beramal secara sembunyi-sembunyi.
Kedua, orang yang merasa puas dengan sesuatu yang
belum pernah ia kerjakan. Biasanya orang yang seperti ini termotivasi agar terangkat derajatnya
dengan membohongi dan membangga-banggakan diri di hadapan orang lain.
Memperlihatkan memperdengarkan aml ibadahya kepada orang lain agar mendapat
simpati, kehormatan dan kedudukan serta nama baik. Di lain pihak orang seperti
ini membuat dua kesalahan yaitu bohong dan riya dalam satu waktu. ”orang yang
merasa puas dengan sesuatu yang belum pernah dia berikan, laksana orang yang
memakai dua pakaian kebohongan,”(HR. Bukhari). Orang mengatakan perbuatan yang
tidak pernah dilakukan dan ia merasa bangga ibarat pahlawan di siang bolong,
mengku-aku. Pepatah Arab mengatakan”sudah kurmanya jelek, jelek pula
timbangannya.
Ketiga, riya muncul sesudah ikhlas. Maksudnya
adalah setelah seseorang beramal dengan ikhlas hanya karena Allah, namun
setelah apa yang dilakukannya dilihat dan diperhatikan orang lain, timbul timbul keinginannya untuk beramal
lebih baik, lebih banyak dari sebelumnya. Pada saat seprti ini kalau seseorang
tidak cepat-cepat sadar dari situasi seperti ini maka amalnya akan sia-sia dan
secara perlahan ia masuk pada jebakan setan yang telah mencemari hatinya dengan
penyakit riya. Untuk itu sangat dianjurkan kepada seseoarng yang mengfalamiu
situasi seprti itu agar segera mengingat Allah dan memohon pertolongannya.
Keempat, tidak beramal karena manusia. Misalnya ada orang yang bersedekah dengan harta yang banyak,
yang pada akhirnya ia sering dipanggil dan dianggap sebagai orang dermawan.
Pada saat seperti ini ia menyadari bahwa hal tersebut akan membawanya kepada
riya. Karena takut kepada riya akhirnya ia tidak lagi bersedekah. Ada juga
orang yang sering datang paling dulu ke musholla, tetapi karena ia sering
dilihat orang datang paling dulu ia malu dan takut riya, akhirnya ia mengambil
keputusan untuk datang terlambat, sehingga ia terbiasa datang terlambat.
Fudhail bin Iyadh bagi orang yang tidak beramal karena manusia adalah
riya.”tidak beramal karena manusia adalah riya, beramal karena manusia adalah
syirik, sedangkan ikhlas itu adalah Allah menyelamatkanmu dari
keduanya,”(Fudhail bin Iyadh).
Kelima, memamerkan amal ibadah secara
halus/tersirat. Sebagai contoh ada orang yang terbiasa dzikir, dan ia selalu
berusaha menyembunyikan amalnya tersebut, tetapi ada harapan dalam hatinya agar
amalnya dilihat orang lain, memang gerak dan perpindahan menuju riya sangat
halus, ia berusaha menyembunyikan amalnya, disisi lain, ia mengisyrakatkan
dengan lafaz dzikir yang lebut seperti berkomat-kamit yang menandakan kalau ia
selalu berdzikir. Contoh lain orang yang selalu melakukan puasa sunah hari
senin dan kamis, juga dapat terjebak dalam dilema ini, mungkin ia kan berusaha menyembunyikan
ibadahnya tersebut, tetapi ia juga berusaha memperlihatkan ibadahanya tersebut,
karena pada saat itu dihidangkan makanan ringan dan air minum lalu ia
mengucapkan,”sekarang hari kamis.” dari
ucapannya ini ia mengisyaratkan kalau setiap hari kamis ia berpuasa.
Keenam, berpura-pura tawadhu. Misalnya ada orang sering
menjelek-jelekkan diri, mengatakan dirinya penuh cacat dan kekurangan. Sehingga
kepada Alah kita memohon pertolongan, ”aku tidak mempunyai apa-apa, cukup Allah
sebagai harapanku tidak yang lain.” apabila seseorang berkata seperti itu untuk
menunjukkan bahwa dirinya tawdhu, maka
sebenarnya ia telah terjerumus ke dalam riya. Ia ingin tawadhunya itu dilihat
dan di dengar orang lain. Sehingga ia disebut sebagi orang tawadhu, orang seprti ini tidak menyadari bahwa sebenarnya ia telah masuk kepad penrangkap
setan.
Ketujuh,
suka menonjolkan aib orang laian, kitamungkin pernah melihat ada orag
yang kerjanya mencukil aib orang lain. Menjelek-jelekkan orang lain, sehingga
seolah-olah ia terhindar dari perbuatan jelek tersebut, secara halus ia
memposisikan diri sebagai orang yang suci. Orang yang seprti ini adalah ingin
memamerkan dirinya sebagai orang yang bersih. Kalau sudah seperti ini, maka ia
telah masuk kepada perangkap setan, ia telah terkena virus riya. Kalaupun apa
yang di ucapkan itu benar berarti ia menggunjing, kalau tidak benar maka apa
yang ia ucapakan adalah fitnah.
Kedelapan, orang yang selalu menjaga kedudukan dan
pangkat. Kita mungkin pernah menemukan orang terkenal, pemuka masyarakat, dikenal
di tengah masyarakat sebagi orang yang baik, terpandang . Biasanya orang seperti ini akan merasa senang berada
dalam posisi ini. Karena merasa menjadi orang terpandanag maka ia selalu
menjaga diri, menjaga kehormatan dan berbagai tingkah laku, sehingga
iaberusahaberbauat yang terbaik, meskipun tidak diminta nasehat ia akan
memberikan nasehat. Tujuannya memberi nasehat dan petuan kebaikan bukan sebagai
dakwah atau ibadah, tetapi lebih kepada menjaga imej dan kedudukannya,
derajatnya ditengah masyarakat. Ia akan berdalih orang terpandang harus selalu
memberi nasehat dan menjaga kehormatan agar tidak jatuh martabatnya ditengah
masyarakat. Jadi subtansinya bukan pada aspek ibadah karena Allah, tetapi tidak
lebih hanya agar masyarakat menganggapnya sebagai orang terhormat dan
terpandang di tengah masyarakat.
Kesembilan, membicarakaÿÿsesuatu yang berhubungan
dengan ÿÿal ibadah yang dilakukannya, tetapi ia bersembunyi dibalik
pembicaraannya tentang ibadah tertentu. Umpama ia mengatakan tentang pahala
bagi orang yang membaca Al-Quran, dan pahala bagi orang yang salat malam, dan
lain sebagainya. Atau ada juga orang membicarakan bahwa puasa itu tidak
membauat orang letih, beban dan kesulitan. Intinya ia mengungkapkan hal
tersebut bukan bertujuan untuk dakwah atau motivasi kepada orang laian, tetapi
lebih kepada memperlihatkan kalau sebenrnya dirinya yang berpuasa, dirinya yang
banyak membaca Al-Quran dan banyak salat malam. Nasehatnya hanya sebuah trik
agar orang mengira kalau ia telah melakukannya sehingga membuat orang lain
kagum.
Kesepuluh, menuntut ilmu demi popularitas. Setan
akan menjerumuskan para pencari ilmu dengn niat yang salah, niat menuntut ilmu
yang salah tersebut adalah niat tidak
untuk mencari ridha Allah, tetapi untuk dipuji, dihargai, dihormati , demi
gengsi. Kejadian seperti ini biasanya akan menyerang orang menuntut ilmu, karena
setan akan berusaha memasukkan riya melalui hal tersebut yaitu mengarahkan para
penuntut ilmu ke niat bersifat duniawi, seperti agar menjagi iluwan hebat, agar banyak yang kagum kepada
ilmu yang dimilikinya, menuntut ilmu bukan karena Allah, tetapi agar orang menyebutkan keahlianya, seperti ahli
politik, ahli ilmu falak, ahli fiqih, ahli qoriah dan ahli-ahli lain, orang
yang seprti ini, akan sia-si, karena ia tidak mendapatkan pahala dari mencari
ilmunya, tetapi ia hanya mendapatkan kehormatan dari manusia yang
menyanjungnya, sedangkan dari Allah ia mendapatkan murka, dan tempatnya adalah
neraka. ”Allah berfirman kepadnya, amalan apa yang telah kamu perbuat? Dia
menjawab,”saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya serta saya juga telah
membaca Al-Quran karena-Mu.” Allah berfirman, kamu bohong. Kamu belajar ilmu
hanya supaya disebut seorang ulama dan kamu membaca Al-Quran supaya disebut
seorang qori. Dikatakan, kemudian diperintahkan supaya dia diseret di atas
wajahnya hingga dilemparkan ke dalam api neraka.”(HR. Muslim). Allahu Alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar